BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Fenomena merokok di kalangan ramaja usia sekolah bukan
pemandangan asing lagi. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Penyakit Tidak
Menular Kementerian Kesehatan, sebelum tahun 1995 prevalensi remaja terhadap rokok
hanya tujuh persen. Pada 2010 naik menjadi 19 persen. 54,1 persen orang di atas
usia 15 tahun merokok dan 43,3 persen dari jumlah keseluruhan perokok mulai
merokok pada rentang usia 14-19 tahun. Jumlah perokok usia remaja di Indonesia
terus meningkat. Secara keseluruhan, Indonesia menempati peringkat lima di
dunia sebagai jumlah perokok terbanyak di bawah China, AS, Jepang, dan Rusia. Merokok
merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan. Apalagi sudah menjadi
masalah nasional, dan bahkan internasional. Hal ini menjadi sulit, karena
berkaitan dengan banyak faktor yang saling memicu, sehingga seolah- olah sudah
menjadi lingkaran setan. Di tinjau dari segi kesehatan, merokok harus
dihentikan karena menyebabkan kanker dan penyumbatan pembuluh darah yang
mengakibatkan kematian, oleh karena itu merokok harus dihentikan sebagai usaha
pencegahan sedini mungkin. Terlebih diketahui bahwa sebagian besar perokok
adalah remaja sehingga perlu adanya pencegahan dini yang dimulai dari pihak
sekolah. Para perokok merasakan nikmatnya merokok begitu nyata, sampai dirasa
memberikan rasa menyenangkan dan menyegarkan sehingga setiap harinya harus
menyisihkan uang untuk merokok. Kelompok lain, khususnya remaja pria, mereka
menganggap bahwa merokok adalah merupakan ciri kejantanan yang membanggakan,
sehingga mereka yang tidak merokok malah justru diejek. Padahal mereka sadar
bahwa merokok dapat membahayakan kesehatan bahkan menimbulkan banyak penyakit
serius.
Berkaitan dengan fenomena di atas, maka perlu adanya
penelitian mengenai perilaku merokok pada remaja agar bisa menambah wawasan
tentang perilaku merokok dan cara menanggulanginya sehingga dapat mencegah
timbulnya perilaku merokok pada remaja. Penelitian ini adalah penelitian
lapangan yang bersifat kualitatif dengan pendekatan psikologi perkembangan.
Penelitian ini dilakukan di SMK Insan Cendekia, Turi, Sleman. Dipilihnya subyek
penelitian tersebut dengan pertimbangan pernah didapati beberapa siswa sekolah
tersebut sedang merokok disekitar lingkungan sekolah. Alasan lain yaitu karena
sekolah tersebut merupakan sekolah yang baru berdiri 4 tahun (2007) maka
bagaimana upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah agar menjadikan siswanya
terbebas dari merokok.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan problematika di atas dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
1. Apa faktor-faktor penyebab perilaku merokok?
2. Mengapa remaja rentan terhadap perilaku merokok?
3. Bagaimana perilaku merokok di kalangan remaja saat ini?
4. Bagaimana mencegah perilaku merokok pada remaja usia
sekolah?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sebab-sebab Perilaku Merokok
1. Pengertian Perilaku Merokok
Rokok dibuat dari bahan dasar tembakau. Daun tembakau
(nicotiana tabacum) mengandung nikotin dan berbagai senyawa kimia lainnya yang
berefek racun. Nikotin yang terdapat pada daun tembakau merupakan zat beracun
yang dalam dosis 60 mg saja dapat berakibat fatal. Menurut kamus Bahasa
Indonesia (2008), merokok didefinisikan sebagai menghisap rokok, sedangkan
rokok itu sendiri diartikan gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yg
dibungkus (daun nipah, kertas, dsb). Armstrong berpendapat bahwa merokok adalah
menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya
kembali keluar.
Pendapat lain dari Levy menyatakan bahwa perilaku merokok
adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta
dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Berdasarkan
uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah suatu
kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan
menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh
orang-orang disekitarnya.
2. Faktor Penyebab Perilaku Merokok
Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi
kesehatan, tetapi masih banyak orang yang melakukannya. Bahkan orang mulai
merokok ketika mereka masih remaja. Asal mulanya, orang yang mengisap rokok
merasa tidak nyaman, misalnya kepala pening, mulut kering dan bau. Akan tetapi
lama kelamaan jika diteruskan berkali-kali dan dibiasakan maka perokok akan
merasa nikmat dan enak. Setelah itu menjadi ketagihan, kecanduan, dan
tergantung, baik secara fisik maupun psikis.
Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab
mengapa seseorang merokok. Menurut Levy setiap individu mempunyai kebiasaan
merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok.
Pendapat tersebut didukung oleh Smet yang menyatakan bahwa seseorang merokok
karena faktor-faktor sosio cultural seperti kebiasaan budaya, kelas sosial,
gengsi, dan tingkat pendidikan.
Secara umum menurut Kurt Lewin, bahwa perilaku merokok
merupakan fungsi dari lingkungan dan individu, artinya perilaku merokok selain
disebabkan oleh faktor dalam diri, juga disebabkan olah faktor lingkungan.
Adapun faktor dari individu yaitu :
·
Faktor
Biologis
Banyak Penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok
merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok.
·
Faktor
Psikologis
Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi,
menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan,
juga dapat memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari.
juga dapat memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari.
·
Faktor
Demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang
merokok pada usia dewasa semakin banyak akan tetapi pengaruh jenis kelamin
zaman sekarang sudah tidak terlalu berperan karena baik pria maupun wanita
sekarang sudah merokok.
Faktor lingkungan yaitu :
·
Faktor
Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan
dan perhatian individu pada perokok.
·
Faktor
Sosial-Kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan,
penghasilan dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu.
·
Faktor
Sosial Politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah
politik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha
melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku
merokok. Merokok menjadi masalah yang bertambah besar di negara-negara
berkembang seperti Indonesia.
3. Remaja Rentan Terhadap Perilaku
Merokok
Pada umumnya remaja memiiki rasa ingin tahu yang tinggi
(high curiosity). Karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi remaja
cenderung ingin berpetualang menjelajah segala sesuatu dan mencoba segala
sesuatu yang belum pernah dialaminya. Selain itu didorong juga oleh keinginan
seperti orang dewasa, menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering
dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya tidak jarang secara sembunyi-sembunyi
remaja pria mencoba merokok karena sering meihat orang dewasa melakukannya.
Seolah-olah dalam hati kecilnya berkata bahwa remaja ingin membuktikan bahwa
seebenarnya dirinya mampu berbuat seperti yang dilakukan orang dewasa.
Seringkali remaja melakukan perbuatan-perbuatan menurut normanya sendiri karena
terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan di masyarakat yang dilakukan oleh
orang dewasa atau orang tua antara apa-apa yang sering dikataan dalam berbagai
forum dengan kenyataan nyata dilapangan. Kata-kata moral didengungkan
dimana-mana tetapi kemaksiatan juga disaksikan dimana-mana oleh remaja.
4.
Dampak Perilaku Merokok
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO Pada
1998) melakukan penelitian tentang tembakau dan rokok melontarkan 6 hal:
1. Rokok adalah pintu pertama
kematian
2. Rokok merupakan pembunuh nomor 3
setelah jantung dan kanker
3. 1 batang rokok menyebabkan umur
seseorang memendek 12 menit
4. Didunia 10 orang perhari mati karena rokok
4. Didunia 10 orang perhari mati karena rokok
5. Di Indonesia 57.000 orang mati
karena merokok
6. Menurut para ahli seorang perokok
atau yang menghisap asap rokok secara sengaja atau tidak sengaja akan mudah
terserang penyakit, terutama pernafasan, jantung, paru-paru, kanker, pembuluh
darah, impotensi, gangguan kehamilan, dan janin.
Seorang yang kecanduan rokok jika
dihentikan akan mengalami gejala ketagihan rokok antara lain:
1. Perasaan tidak pada mulut
(kecuten)
2. Emosional
3. Cemas dan gelisah
4. Konsentrasi terganggu
5. Kepala nyeri
6. Mengantuk
7. Pening
8. Gangguan pencernaan
B.
Perilaku Merokok di Kalangan Remaja Saat Ini
Berdasarkan penelitian melalui observasi, wawancara,
dokumentasi dan pengolahan data angket terhadap 40 siswa SMK Insan Cendekia,
yaitu 15 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan kelas X dan XI pada hari Kamis
tanggal 6 Desember 2011, berikut ini adalah hasilnya:
1.
Siswa
yang Merokok
Berdasarkan wawancara secara langsung dan data yang
diperoleh dari angket dengan siswa/siswi SMK Insan Cendekia diketahui bahwa
terdapat 21 siswa atau 52,5% yang pernah merokok, sedangkan yang belum pernah
merokok sebanyak 19 orang atau 47,5.
Dari angket ditemukan bahwa tidak hanya siswa laki-laki yang
pernah merokok tetapi juga siswa perempuan. Sejumlah 21 siswa yang merokok,
terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan.
Peneliti mendapati dua alasan pertama kali mereka merokok,
yaitu sebagian besar alasan mereka karena penasaran atau sekedar ingin
coba-coba dan satu orang karena depresi. Seperti pengakuan dari Fauzul, siswa
yang diwawancarai, mengaku merokok pertama kali karena coba-coba. “saya merokok
karena ingin coba-coba saja, lagian juga kata temen ga ngrokok ga gaul”. Dia
merokok hanya satu tahun karena memiliki motivasi untuk berhenti merokok.
Setelah peneliti tanya apa motivasinya, dia menjawab dengan senyum ringan “ya,
motivasinya karena cewek”. Akhirnya sampai sekarang dia tidak merokok lagi.
Peneliti mengkategorikan siswa menjadi 3 yaitu: Perokok pasif,
perokok aktif, perokok pecandu. Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok
tapi terpaksa ikut menghirup asap rokok karena tidak bisa menghindar lagi.
Adapun indikator dari perokok pasif:
1. Belum pernah merokok.
2. Merasa terganggu dengan lingkungan perokok.
3. Mengetahui bahaya merokok.
Perokok aktif adalah orang yang merokok tetapi tidak merasa
rokok menjadi kebutuhan. Adapun indikator dari perokok aktif:
1. Merokok tidak menjadi kebutuhan.
2. Tahan jika tidak merokok dalam sehari.
3. Dapat menahan diri jika tidak mempunyai rokok.
Perokok pecandu adalah orang yang merokok karena kecanduan
dan sudah menjadi kebutuhan. Adapun indikator dari perokok pecandu:
1. Merokok merupakan kebutuhan.
2. Setiap hari pasti merokok.
3. Jika kehabisan rokok, maka tidak tahan sampai
memperolehnya.
Berdasarkan indikator di atas, maka siswa dikategorikan dalam diagram berikut ini.
Berdasarkan indikator di atas, maka siswa dikategorikan dalam diagram berikut ini.
Dapat dilihat dalam diagram bahwa perokok pasif sebanyak
47,5%, perokok aktif sebanyak 35% dan perokok pecandu sebanyak 17,5%.
Salah satu perokok pasif adalah Dian. Dia mengaku tidak pernah merokok karena merokok dapat merusak kesehatan. Dia mengatakan “Merokok kan merusak kesehatan, seperti merusak paru-paru, dan banyak sih, merugikan orang lain juga”. Dia merasa terganggu apabila disekitarnya ada yang merokok. Sama halnya dengan Dian, yaitu Ilya. Ilya juga tidak merokok karena mengetahui sebab-akibat merokok. Meskipun dia sering diejek temannya karena tidak merokok, dia tetap bisa mengontrol diri untuk tidak merokok.
Sedangkan siswa yang dikategorikan dalam perokok aktif adalah Juhari dan Fauzul. Juhari pertama kali merokok karena coba-coba. Dia hanya merokok jika ditawari temannya sebagai rasa menghargai. Pernyataan dia “Awalnya dulu nggak ngrokok, tapi lihat temen-temen pada ngrokok ya jadi ikut-ikutan gimana rasanya ngrokok”. Fauzul sama dengan Juhari, yaitu merokok karena mencoba-coba. Dia sempat mengatakan “nggak ngrokok nggak gaul”, meskipun saat ini dia telah berhenti merokok. Salah satu perokok pecandu adalah Anto. Dia setiap hari merokok. Bahkan dalam satu hari minimal menghabiskan 6 batang rokok. Dia merasa lemas badannya dan sulit berkonsentrasi jika menahan diri untuk tidak merokok. “Kalau nggak ngrokok rasanya lemes, nggak kuat ngapa-ngapain” ujar dia. Dia menambahkan “Kalau di pelajaran ya menjadi kurang konsen”. Merokok sudah menjadi kebiasaan rutinnya. “Kalau ngrokok sih udah biasa” kata Anto.
Salah satu perokok pasif adalah Dian. Dia mengaku tidak pernah merokok karena merokok dapat merusak kesehatan. Dia mengatakan “Merokok kan merusak kesehatan, seperti merusak paru-paru, dan banyak sih, merugikan orang lain juga”. Dia merasa terganggu apabila disekitarnya ada yang merokok. Sama halnya dengan Dian, yaitu Ilya. Ilya juga tidak merokok karena mengetahui sebab-akibat merokok. Meskipun dia sering diejek temannya karena tidak merokok, dia tetap bisa mengontrol diri untuk tidak merokok.
Sedangkan siswa yang dikategorikan dalam perokok aktif adalah Juhari dan Fauzul. Juhari pertama kali merokok karena coba-coba. Dia hanya merokok jika ditawari temannya sebagai rasa menghargai. Pernyataan dia “Awalnya dulu nggak ngrokok, tapi lihat temen-temen pada ngrokok ya jadi ikut-ikutan gimana rasanya ngrokok”. Fauzul sama dengan Juhari, yaitu merokok karena mencoba-coba. Dia sempat mengatakan “nggak ngrokok nggak gaul”, meskipun saat ini dia telah berhenti merokok. Salah satu perokok pecandu adalah Anto. Dia setiap hari merokok. Bahkan dalam satu hari minimal menghabiskan 6 batang rokok. Dia merasa lemas badannya dan sulit berkonsentrasi jika menahan diri untuk tidak merokok. “Kalau nggak ngrokok rasanya lemes, nggak kuat ngapa-ngapain” ujar dia. Dia menambahkan “Kalau di pelajaran ya menjadi kurang konsen”. Merokok sudah menjadi kebiasaan rutinnya. “Kalau ngrokok sih udah biasa” kata Anto.
2.
Menikmati
Merokok
Ada sebagian siswa yang menikmati rokok, tetapi ada sebagian
pula yang tidak menikmati rokok. Dari 52,5% siswa yang merokok, hanya sedikit
yang mengaku merokok itu menyenangkan dan menyegarkan, yaitu hanya sekitar 24%,
selebihnya tidak merasa merokok itu menyenangkan dan menyegarkan.
Berdasarkan wawancara dengan siswa secara mendalam, didapati
satu siswa yang merasa merokok itu menyenangkan dan menyegarkan, yaitu Anto.
Dia mengatakan bahwa dengan merokok dia bisa lebih fresh dan bisa berkonsentrasi.
3. Merokok Ketika Marah
Dalam pertanyaan angket “Apakah Anda merokok ketika merasa
marah?” mendapatkan hasil 29% yang merokok ketika merasa marah dan selebihnya
ketika tidak merasa marah.
Sebagian remaja merokok ketika merasa marah. Hal ini
menunjukkan merokok merupakan jalan atau penenang bagi sebagian perokok yang
mengalami rasa marah. Dengan kata lain, merokok dapat mengurangi rasa marah
bagi mereka.
4. Merokok Menambah Percaya Diri dan Mudah Bergaul
Merokok dapat menambah percaya diri dan mudah bergaul,
seperti kata dari siswa yang merokok yaitu Fauzul, “nggak ngrokok nggak gaul”.
Ilya juga sering diejek temannya kalau nggak ngrokok itu nggak gaul. Namun
meskipun demikian Ilya tetap tidak merokok. “nggak gaul kalau nggak ngrokok itu
cuma masalah gengsi, kalau saya sih nggak papa nggak gaul” kata Ilya. Kalimat
nggak ngrokok nggak gaul benar adanya bagi sepertiga siswa yang merokok. Dari
hasil angket, terdapat 33% yang setuju bahwa merokok dapat menambah percaya
diri dan mudah bergaul.
Memang hanya sepertiga dari perokok yang setuju dengan merokok dapat menambah percaya diri dan mudah bergaul. Dengan realita ini menunjukkan adanya hubungan antara merokok dengan percaya diri dan pergaulan sekalipun prosentasenya tidak terlalu besar.
5. Mengetahui Bahaya Rokok
Dari angket didapati bahwa semua siswa yang pernah merokok
ingin berhenti dari berperilaku merokok. Hal ini karena rokok berbahaya bagi
kesehatan. Dari 40 siswa, semuanya mengaku mengetahui bahaya rokok. Ironisnya
mereka tahu kalau merokok tidak hanya membahayakan diri perokok itu saja, tetapi
juga membahayakan orang lain.
Ilya, siswa dari SMK Insan Cendekia mengatakan bahwa dirinya
tidak merokok karena mengetahui bahaya dari merokok. “Saya nggak ngorok karena
tahu sebab-akibatnya. Menurut pengalaman teman-teman saya, merokok bikin
nafasnya sesak, dan juga akibatnya sudah tertulis dibungkusnya itu ,” ujarnya.
Selain itu dia menambahkan bahwa merokok itu tidak hanya merugikan diri sendiri
tetapi juga merugikan orang lain yang disekitarnya.
Semua siswa mengetahui bahaya merokok tetapi masih saja ada
yang merokok. Hal ini membuktikan bahwa perilaku merokok dipengaruhi oleh
individu dan lingkungan. Secara individu, mereka tahu merokok itu berbahaya.
Namun karena remaja merupakan masa yang labil, mudah terpengaruh, dan masa
pencarian identitas maka tetap saja perilaku merokok dilakukan. Besarnya rasa
ingin penasaran dan ingin mencoba-coba sering mendorong remaja untuk melakukan
hal yang baru, termasuk yang belum pernah merokok ingin merasakan bagaimana
merokok itu. Lingkungan teman yang merokok kadang juga memancing diri mereka
untuk merokok juga. Selain itu, nikotin dalam rokok juga menyebabkan kecanduan
sehingga sulit untuk berhenti merokok meskipun ada keinginan untuk berhenti.
Mengetahui bahaya merokok saja tidak cukup untuk menghindarkan diri dari
merokok.
C. Pencegahan Perilaku Merokok di
Kalangan Remaja
Diperlukan tindakan dan pengarahan untuk mengatasi perilaku
merokok pada remaja khususnya di SMK Insan Cendekia. Disinilah peran guru
dibutuhkan, terlebih bagi guru BK dan guru agama agar ada pencegahan terhadap
perilaku merokok sehingga dapat meminimalisir jumlah pelaku merokok.
Ina Dwiyati, S.Psi, guru BK sekaligus menjabat kepala SMK Insan Cendekia, mengatakan bahwa merokok menjadi masalah tersendiri bagi sekolah. Larangan merokok sudah menjadi aturan sekolah tetapi masih tetap ada yang merokok karena pada usia remaja rasa penasaran dan teman kelompok sangat mempengaruhi. Kata beliau “Sudah menjadi sifat usia SMK yang cenderung trend atau teman-teman yang lain”.
Ina Dwiyati, S.Psi, guru BK sekaligus menjabat kepala SMK Insan Cendekia, mengatakan bahwa merokok menjadi masalah tersendiri bagi sekolah. Larangan merokok sudah menjadi aturan sekolah tetapi masih tetap ada yang merokok karena pada usia remaja rasa penasaran dan teman kelompok sangat mempengaruhi. Kata beliau “Sudah menjadi sifat usia SMK yang cenderung trend atau teman-teman yang lain”.
Menurut beliau, siswa yang merokok dapat diketahui melalui
ciri-cirinya. Jika bertemu secara face to face tercium dari aromanya, bibirnya
terlihat hitam, dan dari giginya ada zat yang menempel di giginya. Perilaku merokok perlu penanganan khusus.
Dari pihak sekolah, setiap awal tahun pasti menekankan aturan sekolah khususnya
pelarangan tentang merokok. Pihak sekolah juga mendatangkan narasumber dari
dinas kesehatan untuk memberikan penyuluhan atau sosialisasi tentang kesehatan,
khususnya bahaya merokok. Selain itu, sekolah bekerja sama dengan puskesmas
setempat untuk mengadakan pemeriksaan fisik secara menyeluruh sehingga
mengetahui siswa yang merokok. Namun, beliau menambahkan kalau cara ini belum
efektif karena siswa hanya sadar beberapa saat setelah penyuluhan. Terlebih
sekolah hanya bisa mengontrol pada saat jam belajar di sekolah saja, setelah
jam itu sekolah tidak dapat mengontrol. Sekolah juga menerapkan reward and
punishment, bagi siswa yang didapati merokok dilingkungan sekolah akan
mendapatkan hukuman yang berupa poin kesalahan.
Ridwan, guru agama di SMK Insan Cendekia mengaku sering
mendapati siswa yang merokok. Meskipun sudah jelas bahwa ada aturan dilarang
merokok tetapi siswa tetap merokok dengan sembunyi-sembunyi. Menurut beliau,
siswa yang merokok dapat diketaui ciri-cirinya, yaitu: biasanya tubuhnya
kekuru-kuruan, sering sakit, cepat emosi, mudah tersinggung, dan biasanya
malas-malasan.
Tindakan dari guru agama mengatasi perilaku merokok remaja,
dilakukan dengan memberikan peringatan-peringatan agar siswa benar-benar tau
bahaya dari merokok sehingga dapat meninggalkan rokok. Peringatan diberikan
satu sampai lima kali. Apabila tidak jera maka diberikan hukuman seperti
membersihkan wc dan lingkungan sekolah. Bagi siswa yang di tinggal asrama
sekolah didapati merokok, maka tidak akan diberi makan sampai benar-benar jera
merokok.
Menurut peneliti tindakan yang dilakukan sekolah cukup
efektif. Peneliti menambahkan tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah
perilaku merokok di kalangan remaja yaitu perlunya kerjasama antara pihak
sekolah dan orangtua untuk mengawasi dan mengarahkan tingkahlaku remaja.
Salahsatu kebutuhan khas remaja adalah kebutuhan akan kasih sayang. Perhatian
orangtua terhadap anak merupakan salahsatu bentuk kasih sayangnya terhadap
anak. Sebaiknya orangtua mengetahui keadaan emosi anak, terutama ketika anak
mengalami depresi sehingga tidak sampai melampiaskannya pada perilaku merokok.
Pengawasan terhadap pergaulan remaja oleh orang tua dan
sekolah akan memberikan hasil yang maksimal dalam mengatasi perilaku merokok
pada remaja. Orang tua seharusnya mengawasi lingkungan bermain anak dan
bagaimana teman-teman sebayanya. Karena, saat remaja bergantung pada kelompok
teman sebayanya, remaja butuh untuk diterima dan diakui oleh kelompoknya.
Apabila berteman dengan kelompok orang yang merokok, maka dengan mudah anak
akan merokok juga.
Ditambah perlu adanya keteladanan terutama dari para
orangtua dan guru. Karena remaja mempunyai karakteristik ingin mencoba apa yang
dilakukan oleh orang dewasa, seolah-olah ingin membuktikan apa yang dilakukan
orang dewasa dapat pula dilakukan oleh remaja. Selain itu penyuluhan tentang
bahaya merokok sebaiknya tidak hanya fokus ke jangka panjang saja seperti dapat
menyebabkan penyakit serius, tetapi juga harus fokus ke jangka pendek seperti
merokok sama dengan membakar uang, calon pacar tidak suka bau dan mengapa mau
dibodohi iklan. Ditambah lagi, siswa harus selalu mengingatslogan “matikan
rokokmu sebelum rokok mematikanmu”.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas
membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat
menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Perilaku merokok
banyak menghinggapi para remaja karena remaja memiliki rasa penasaran atau rasa
ingin mencoba-coba yang cenderung tinggi, termasuk ingin mencoba merasakan
rokok.
Faktor penyebab timbulnya merokok yaitu faktor individu dan
faktor lingkungan. Faktor individu meliputi: faktor biologis, faktor psikologis
dan faktor faktor demografis. Sedangkan faktor lingkungan meliputi : faktor
lingkungan sosial, faktor sosial-kultural dan faktor sosial politik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMK Insan Cendekia diketahui bahwa dari 40 siswa terdapat 21 siswa atau 52,5% yang pernah merokok, dan 19 orang atau 47,5% yang belum pernah merokok. Hasil itu menunjukkan adanya perilaku merokok masih relative besar meskipun di SMK Insan Cendekia perbedaannya tidak terlalu jauh.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMK Insan Cendekia diketahui bahwa dari 40 siswa terdapat 21 siswa atau 52,5% yang pernah merokok, dan 19 orang atau 47,5% yang belum pernah merokok. Hasil itu menunjukkan adanya perilaku merokok masih relative besar meskipun di SMK Insan Cendekia perbedaannya tidak terlalu jauh.
Untuk menanggulangi perilaku merokok diperlukan tindakan dan
pengarahan yang dilakukan oleh sekolah, khususnya guru BK dan guru agama.
Tindakan penyuluhan tentang bahaya merokok yang dilakukan sekolah dengan dinas
kesehatan merupakan upaya awal dalam menanggulangi perilaku merokok. Tindakan
penyuluhan seharusnya melingkupi dampak jangka panjang dan dampak jangka
pendek. Bagi siswa yang merokok perlu diberi peringatan. Apabila belum jera,
perlu diberikan tindakan hukuman seperti membersihkan wc atau lingkungan
sekolah. Selain itu, sekolah juga harus bekerja sama dengan orangtua siswa
dalam melakukan pengawasan terhadap siswa sehingga pengawasan menjadi lebih
efektif dan siswa tidak salah mengambil tindakan dalam pergaulannya. Hal yang
penting juga bahwa orangtua dan guru harus memberikan teladan kepada siswa
untuk meninggalkan perilaku merokok karena merokok dapat merugikan diri sendiri
dan orang lain.
B. DAFTAR PUSTAKA
http://kukuhbinanto.blogspot.com