Monday 29 October 2012

kebiasaan remaja merokok


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Fenomena merokok di kalangan ramaja usia sekolah bukan pemandangan asing lagi. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan, sebelum tahun 1995 prevalensi remaja terhadap rokok hanya tujuh persen. Pada 2010 naik menjadi 19 persen. 54,1 persen orang di atas usia 15 tahun merokok dan 43,3 persen dari jumlah keseluruhan perokok mulai merokok pada rentang usia 14-19 tahun. Jumlah perokok usia remaja di Indonesia terus meningkat. Secara keseluruhan, Indonesia menempati peringkat lima di dunia sebagai jumlah perokok terbanyak di bawah China, AS, Jepang, dan Rusia. Merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan. Apalagi sudah menjadi masalah nasional, dan bahkan internasional. Hal ini menjadi sulit, karena berkaitan dengan banyak faktor yang saling memicu, sehingga seolah- olah sudah menjadi lingkaran setan. Di tinjau dari segi kesehatan, merokok harus dihentikan karena menyebabkan kanker dan penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan kematian, oleh karena itu merokok harus dihentikan sebagai usaha pencegahan sedini mungkin. Terlebih diketahui bahwa sebagian besar perokok adalah remaja sehingga perlu adanya pencegahan dini yang dimulai dari pihak sekolah. Para perokok merasakan nikmatnya merokok begitu nyata, sampai dirasa memberikan rasa menyenangkan dan menyegarkan sehingga setiap harinya harus menyisihkan uang untuk merokok. Kelompok lain, khususnya remaja pria, mereka menganggap bahwa merokok adalah merupakan ciri kejantanan yang membanggakan, sehingga mereka yang tidak merokok malah justru diejek. Padahal mereka sadar bahwa merokok dapat membahayakan kesehatan bahkan menimbulkan banyak penyakit serius.
Berkaitan dengan fenomena di atas, maka perlu adanya penelitian mengenai perilaku merokok pada remaja agar bisa menambah wawasan tentang perilaku merokok dan cara menanggulanginya sehingga dapat mencegah timbulnya perilaku merokok pada remaja. Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang bersifat kualitatif dengan pendekatan psikologi perkembangan. Penelitian ini dilakukan di SMK Insan Cendekia, Turi, Sleman. Dipilihnya subyek penelitian tersebut dengan pertimbangan pernah didapati beberapa siswa sekolah tersebut sedang merokok disekitar lingkungan sekolah. Alasan lain yaitu karena sekolah tersebut merupakan sekolah yang baru berdiri 4 tahun (2007) maka bagaimana upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah agar menjadikan siswanya terbebas dari merokok.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan problematika di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apa faktor-faktor penyebab perilaku merokok?
2. Mengapa remaja rentan terhadap perilaku merokok?
3. Bagaimana perilaku merokok di kalangan remaja saat ini?
4. Bagaimana mencegah perilaku merokok pada remaja usia sekolah?






















BAB II
PEMBAHASAN

A. Sebab-sebab Perilaku Merokok
1. Pengertian Perilaku Merokok
Rokok dibuat dari bahan dasar tembakau. Daun tembakau (nicotiana tabacum) mengandung nikotin dan berbagai senyawa kimia lainnya yang berefek racun. Nikotin yang terdapat pada daun tembakau merupakan zat beracun yang dalam dosis 60 mg saja dapat berakibat fatal. Menurut kamus Bahasa Indonesia (2008), merokok didefinisikan sebagai menghisap rokok, sedangkan rokok itu sendiri diartikan gulungan tembakau (kira-kira sebesar kelingking) yg dibungkus (daun nipah, kertas, dsb). Armstrong berpendapat bahwa merokok adalah menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar.
Pendapat lain dari Levy menyatakan bahwa perilaku merokok adalah sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisapnya serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya.
2. Faktor Penyebab Perilaku Merokok
Perilaku merokok merupakan perilaku yang berbahaya bagi kesehatan, tetapi masih banyak orang yang melakukannya. Bahkan orang mulai merokok ketika mereka masih remaja. Asal mulanya, orang yang mengisap rokok merasa tidak nyaman, misalnya kepala pening, mulut kering dan bau. Akan tetapi lama kelamaan jika diteruskan berkali-kali dan dibiasakan maka perokok akan merasa nikmat dan enak. Setelah itu menjadi ketagihan, kecanduan, dan tergantung, baik secara fisik maupun psikis.  Ada berbagai alasan yang dikemukakan oleh para ahli untuk menjawab mengapa seseorang merokok. Menurut Levy setiap individu mempunyai kebiasaan merokok yang berbeda dan biasanya disesuaikan dengan tujuan mereka merokok. Pendapat tersebut didukung oleh Smet yang menyatakan bahwa seseorang merokok karena faktor-faktor sosio cultural seperti kebiasaan budaya, kelas sosial, gengsi, dan tingkat pendidikan.
Secara umum menurut Kurt Lewin, bahwa perilaku merokok merupakan fungsi dari lingkungan dan individu, artinya perilaku merokok selain disebabkan oleh faktor dalam diri, juga disebabkan olah faktor lingkungan.
Adapun faktor dari individu yaitu :
·         Faktor Biologis
Banyak Penelitian menunjukkan bahwa nikotin dalam rokok merupakan salah satu bahan kimia yang berperan penting pada ketergantungan merokok.
·         Faktor Psikologis
Merokok dapat bermakna untuk meningkatkan konsentrasi, menghalau rasa kantuk, mengakrabkan suasana sehingga timbul rasa persaudaraan,
juga dapat memberikan kesan modern dan berwibawa, sehingga bagi individu yang sering bergaul dengan orang lain, perilaku merokok sulit untuk dihindari.
·         Faktor Demografis
Faktor ini meliputi umur dan jenis kelamin. Orang yang merokok pada usia dewasa semakin banyak akan tetapi pengaruh jenis kelamin zaman sekarang sudah tidak terlalu berperan karena baik pria maupun wanita sekarang sudah merokok.
Faktor lingkungan yaitu :
·         Faktor Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap sikap, kepercayaan dan perhatian individu pada perokok.

·         Faktor Sosial-Kultural
Kebiasaan budaya, kelas sosial, tingkat pendidikan, penghasilan dan gengsi pekerjaan akan mempengaruhi perilaku merokok pada individu.




·         Faktor Sosial Politik
Menambahkan kesadaran umum berakibat pada langkah-langkah politik yang bersifat melindungi bagi orang-orang yang tidak merokok dan usaha melancarkan kampanye-kampanye promosi kesehatan untuk mengurangi perilaku merokok. Merokok menjadi masalah yang bertambah besar di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

3. Remaja Rentan Terhadap Perilaku Merokok
Pada umumnya remaja memiiki rasa ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena didorong oleh rasa ingin tahu yang tinggi remaja cenderung ingin berpetualang menjelajah segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah dialaminya. Selain itu didorong juga oleh keinginan seperti orang dewasa, menyebabkan remaja ingin mencoba melakukan apa yang sering dilakukan oleh orang dewasa. Akibatnya tidak jarang secara sembunyi-sembunyi remaja pria mencoba merokok karena sering meihat orang dewasa melakukannya. Seolah-olah dalam hati kecilnya berkata bahwa remaja ingin membuktikan bahwa seebenarnya dirinya mampu berbuat seperti yang dilakukan orang dewasa. Seringkali remaja melakukan perbuatan-perbuatan menurut normanya sendiri karena terlalu banyak menyaksikan ketidakkonsistenan di masyarakat yang dilakukan oleh orang dewasa atau orang tua antara apa-apa yang sering dikataan dalam berbagai forum dengan kenyataan nyata dilapangan. Kata-kata moral didengungkan dimana-mana tetapi kemaksiatan juga disaksikan dimana-mana oleh remaja.













4. Dampak Perilaku Merokok

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO Pada 1998) melakukan penelitian tentang tembakau dan rokok melontarkan 6 hal:
1. Rokok adalah pintu pertama kematian
2. Rokok merupakan pembunuh nomor 3 setelah jantung dan kanker
3. 1 batang rokok menyebabkan umur seseorang memendek 12 menit
4. Didunia 10 orang perhari mati karena rokok
5. Di Indonesia 57.000 orang mati karena merokok
6. Menurut para ahli seorang perokok atau yang menghisap asap rokok secara sengaja atau tidak sengaja akan mudah terserang penyakit, terutama pernafasan, jantung, paru-paru, kanker, pembuluh darah, impotensi, gangguan kehamilan, dan janin.

Seorang yang kecanduan rokok jika dihentikan akan mengalami gejala ketagihan rokok antara lain:
1. Perasaan tidak pada mulut (kecuten)
2. Emosional
3. Cemas dan gelisah
4. Konsentrasi terganggu
5. Kepala nyeri
6. Mengantuk
7. Pening
8. Gangguan pencernaan
















B. Perilaku Merokok di Kalangan Remaja Saat Ini

Berdasarkan penelitian melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan pengolahan data angket terhadap 40 siswa SMK Insan Cendekia, yaitu 15 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan kelas X dan XI pada hari Kamis tanggal 6 Desember 2011, berikut ini adalah hasilnya:

1.      Siswa yang Merokok
Berdasarkan wawancara secara langsung dan data yang diperoleh dari angket dengan siswa/siswi SMK Insan Cendekia diketahui bahwa terdapat 21 siswa atau 52,5% yang pernah merokok, sedangkan yang belum pernah merokok sebanyak 19 orang atau 47,5.
Dari angket ditemukan bahwa tidak hanya siswa laki-laki yang pernah merokok tetapi juga siswa perempuan. Sejumlah 21 siswa yang merokok, terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan.
Peneliti mendapati dua alasan pertama kali mereka merokok, yaitu sebagian besar alasan mereka karena penasaran atau sekedar ingin coba-coba dan satu orang karena depresi. Seperti pengakuan dari Fauzul, siswa yang diwawancarai, mengaku merokok pertama kali karena coba-coba. “saya merokok karena ingin coba-coba saja, lagian juga kata temen ga ngrokok ga gaul”. Dia merokok hanya satu tahun karena memiliki motivasi untuk berhenti merokok. Setelah peneliti tanya apa motivasinya, dia menjawab dengan senyum ringan “ya, motivasinya karena cewek”. Akhirnya sampai sekarang dia tidak merokok lagi.
Peneliti mengkategorikan siswa menjadi 3 yaitu: Perokok pasif, perokok aktif, perokok pecandu. Perokok pasif adalah orang yang tidak merokok tapi terpaksa ikut menghirup asap rokok karena tidak bisa menghindar lagi. Adapun indikator dari perokok pasif:
1. Belum pernah merokok.
2. Merasa terganggu dengan lingkungan perokok.
3. Mengetahui bahaya merokok.

Perokok aktif adalah orang yang merokok tetapi tidak merasa rokok menjadi kebutuhan. Adapun indikator dari perokok aktif:
1. Merokok tidak menjadi kebutuhan.
2. Tahan jika tidak merokok dalam sehari.
3. Dapat menahan diri jika tidak mempunyai rokok.
Perokok pecandu adalah orang yang merokok karena kecanduan dan sudah menjadi kebutuhan. Adapun indikator dari perokok pecandu:
1. Merokok merupakan kebutuhan.
2. Setiap hari pasti merokok.
3. Jika kehabisan rokok, maka tidak tahan sampai memperolehnya.
Berdasarkan indikator di atas, maka siswa dikategorikan dalam diagram berikut ini.
Dapat dilihat dalam diagram bahwa perokok pasif sebanyak 47,5%, perokok aktif sebanyak 35% dan perokok pecandu sebanyak 17,5%.
Salah satu perokok pasif adalah Dian. Dia mengaku tidak pernah merokok karena merokok dapat merusak kesehatan. Dia mengatakan “Merokok kan merusak kesehatan, seperti merusak paru-paru, dan banyak sih, merugikan orang lain juga”. Dia merasa terganggu apabila disekitarnya ada yang merokok. Sama halnya dengan Dian, yaitu Ilya. Ilya juga tidak merokok karena mengetahui sebab-akibat merokok. Meskipun dia sering diejek temannya karena tidak merokok, dia tetap bisa mengontrol diri untuk tidak merokok.
Sedangkan siswa yang dikategorikan dalam perokok aktif adalah Juhari dan Fauzul. Juhari pertama kali merokok karena coba-coba. Dia hanya merokok jika ditawari temannya sebagai rasa menghargai. Pernyataan dia “Awalnya dulu nggak ngrokok, tapi lihat temen-temen pada ngrokok ya jadi ikut-ikutan gimana rasanya ngrokok”. Fauzul sama dengan Juhari, yaitu merokok karena mencoba-coba. Dia sempat mengatakan “nggak ngrokok nggak gaul”, meskipun saat ini dia telah berhenti merokok. Salah satu perokok pecandu adalah Anto. Dia setiap hari merokok. Bahkan dalam satu hari minimal menghabiskan 6 batang rokok. Dia merasa lemas badannya dan sulit berkonsentrasi jika menahan diri untuk tidak merokok. “Kalau nggak ngrokok rasanya lemes, nggak kuat ngapa-ngapain” ujar dia. Dia menambahkan “Kalau di pelajaran ya menjadi kurang konsen”. Merokok sudah menjadi kebiasaan rutinnya. “Kalau ngrokok sih udah biasa” kata Anto.
2.      Menikmati Merokok
Ada sebagian siswa yang menikmati rokok, tetapi ada sebagian pula yang tidak menikmati rokok. Dari 52,5% siswa yang merokok, hanya sedikit yang mengaku merokok itu menyenangkan dan menyegarkan, yaitu hanya sekitar 24%, selebihnya tidak merasa merokok itu menyenangkan dan menyegarkan.

Berdasarkan wawancara dengan siswa secara mendalam, didapati satu siswa yang merasa merokok itu menyenangkan dan menyegarkan, yaitu Anto. Dia mengatakan bahwa dengan merokok dia bisa lebih fresh dan bisa berkonsentrasi.


     3. Merokok Ketika Marah
Dalam pertanyaan angket “Apakah Anda merokok ketika merasa marah?” mendapatkan hasil 29% yang merokok ketika merasa marah dan selebihnya ketika tidak merasa marah.
Sebagian remaja merokok ketika merasa marah. Hal ini menunjukkan merokok merupakan jalan atau penenang bagi sebagian perokok yang mengalami rasa marah. Dengan kata lain, merokok dapat mengurangi rasa marah bagi mereka.

4. Merokok Menambah Percaya Diri dan Mudah Bergaul
Merokok dapat menambah percaya diri dan mudah bergaul, seperti kata dari siswa yang merokok yaitu Fauzul, “nggak ngrokok nggak gaul”. Ilya juga sering diejek temannya kalau nggak ngrokok itu nggak gaul. Namun meskipun demikian Ilya tetap tidak merokok. “nggak gaul kalau nggak ngrokok itu cuma masalah gengsi, kalau saya sih nggak papa nggak gaul” kata Ilya. Kalimat nggak ngrokok nggak gaul benar adanya bagi sepertiga siswa yang merokok. Dari hasil angket, terdapat 33% yang setuju bahwa merokok dapat menambah percaya diri dan mudah bergaul.

Memang hanya sepertiga dari perokok yang setuju dengan merokok dapat menambah percaya diri dan mudah bergaul. Dengan realita ini menunjukkan adanya hubungan antara merokok dengan percaya diri dan pergaulan sekalipun prosentasenya tidak terlalu besar.

5. Mengetahui Bahaya Rokok
Dari angket didapati bahwa semua siswa yang pernah merokok ingin berhenti dari berperilaku merokok. Hal ini karena rokok berbahaya bagi kesehatan. Dari 40 siswa, semuanya mengaku mengetahui bahaya rokok. Ironisnya mereka tahu kalau merokok tidak hanya membahayakan diri perokok itu saja, tetapi juga membahayakan orang lain.
Ilya, siswa dari SMK Insan Cendekia mengatakan bahwa dirinya tidak merokok karena mengetahui bahaya dari merokok. “Saya nggak ngorok karena tahu sebab-akibatnya. Menurut pengalaman teman-teman saya, merokok bikin nafasnya sesak, dan juga akibatnya sudah tertulis dibungkusnya itu ,” ujarnya. Selain itu dia menambahkan bahwa merokok itu tidak hanya merugikan diri sendiri tetapi juga merugikan orang lain yang disekitarnya.
Semua siswa mengetahui bahaya merokok tetapi masih saja ada yang merokok. Hal ini membuktikan bahwa perilaku merokok dipengaruhi oleh individu dan lingkungan. Secara individu, mereka tahu merokok itu berbahaya. Namun karena remaja merupakan masa yang labil, mudah terpengaruh, dan masa pencarian identitas maka tetap saja perilaku merokok dilakukan. Besarnya rasa ingin penasaran dan ingin mencoba-coba sering mendorong remaja untuk melakukan hal yang baru, termasuk yang belum pernah merokok ingin merasakan bagaimana merokok itu. Lingkungan teman yang merokok kadang juga memancing diri mereka untuk merokok juga. Selain itu, nikotin dalam rokok juga menyebabkan kecanduan sehingga sulit untuk berhenti merokok meskipun ada keinginan untuk berhenti. Mengetahui bahaya merokok saja tidak cukup untuk menghindarkan diri dari merokok.
C. Pencegahan Perilaku Merokok di Kalangan Remaja
Diperlukan tindakan dan pengarahan untuk mengatasi perilaku merokok pada remaja khususnya di SMK Insan Cendekia. Disinilah peran guru dibutuhkan, terlebih bagi guru BK dan guru agama agar ada pencegahan terhadap perilaku merokok sehingga dapat meminimalisir jumlah pelaku merokok.
Ina Dwiyati, S.Psi, guru BK sekaligus menjabat kepala SMK Insan Cendekia, mengatakan bahwa merokok menjadi masalah tersendiri bagi sekolah. Larangan merokok sudah menjadi aturan sekolah tetapi masih tetap ada yang merokok karena pada usia remaja rasa penasaran dan teman kelompok sangat mempengaruhi. Kata beliau “Sudah menjadi sifat usia SMK yang cenderung trend atau teman-teman yang lain”.
Menurut beliau, siswa yang merokok dapat diketahui melalui ciri-cirinya. Jika bertemu secara face to face tercium dari aromanya, bibirnya terlihat hitam, dan dari giginya ada zat yang menempel di giginya.  Perilaku merokok perlu penanganan khusus. Dari pihak sekolah, setiap awal tahun pasti menekankan aturan sekolah khususnya pelarangan tentang merokok. Pihak sekolah juga mendatangkan narasumber dari dinas kesehatan untuk memberikan penyuluhan atau sosialisasi tentang kesehatan, khususnya bahaya merokok. Selain itu, sekolah bekerja sama dengan puskesmas setempat untuk mengadakan pemeriksaan fisik secara menyeluruh sehingga mengetahui siswa yang merokok. Namun, beliau menambahkan kalau cara ini belum efektif karena siswa hanya sadar beberapa saat setelah penyuluhan. Terlebih sekolah hanya bisa mengontrol pada saat jam belajar di sekolah saja, setelah jam itu sekolah tidak dapat mengontrol. Sekolah juga menerapkan reward and punishment, bagi siswa yang didapati merokok dilingkungan sekolah akan mendapatkan hukuman yang berupa poin kesalahan.
Ridwan, guru agama di SMK Insan Cendekia mengaku sering mendapati siswa yang merokok. Meskipun sudah jelas bahwa ada aturan dilarang merokok tetapi siswa tetap merokok dengan sembunyi-sembunyi. Menurut beliau, siswa yang merokok dapat diketaui ciri-cirinya, yaitu: biasanya tubuhnya kekuru-kuruan, sering sakit, cepat emosi, mudah tersinggung, dan biasanya malas-malasan.
Tindakan dari guru agama mengatasi perilaku merokok remaja, dilakukan dengan memberikan peringatan-peringatan agar siswa benar-benar tau bahaya dari merokok sehingga dapat meninggalkan rokok. Peringatan diberikan satu sampai lima kali. Apabila tidak jera maka diberikan hukuman seperti membersihkan wc dan lingkungan sekolah. Bagi siswa yang di tinggal asrama sekolah didapati merokok, maka tidak akan diberi makan sampai benar-benar jera merokok.
Menurut peneliti tindakan yang dilakukan sekolah cukup efektif. Peneliti menambahkan tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah perilaku merokok di kalangan remaja yaitu perlunya kerjasama antara pihak sekolah dan orangtua untuk mengawasi dan mengarahkan tingkahlaku remaja. Salahsatu kebutuhan khas remaja adalah kebutuhan akan kasih sayang. Perhatian orangtua terhadap anak merupakan salahsatu bentuk kasih sayangnya terhadap anak. Sebaiknya orangtua mengetahui keadaan emosi anak, terutama ketika anak mengalami depresi sehingga tidak sampai melampiaskannya pada perilaku merokok.
Pengawasan terhadap pergaulan remaja oleh orang tua dan sekolah akan memberikan hasil yang maksimal dalam mengatasi perilaku merokok pada remaja. Orang tua seharusnya mengawasi lingkungan bermain anak dan bagaimana teman-teman sebayanya. Karena, saat remaja bergantung pada kelompok teman sebayanya, remaja butuh untuk diterima dan diakui oleh kelompoknya. Apabila berteman dengan kelompok orang yang merokok, maka dengan mudah anak akan merokok juga.
Ditambah perlu adanya keteladanan terutama dari para orangtua dan guru. Karena remaja mempunyai karakteristik ingin mencoba apa yang dilakukan oleh orang dewasa, seolah-olah ingin membuktikan apa yang dilakukan orang dewasa dapat pula dilakukan oleh remaja. Selain itu penyuluhan tentang bahaya merokok sebaiknya tidak hanya fokus ke jangka panjang saja seperti dapat menyebabkan penyakit serius, tetapi juga harus fokus ke jangka pendek seperti merokok sama dengan membakar uang, calon pacar tidak suka bau dan mengapa mau dibodohi iklan. Ditambah lagi, siswa harus selalu mengingatslogan “matikan rokokmu sebelum rokok mematikanmu”.



















BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang disekitarnya. Perilaku merokok banyak menghinggapi para remaja karena remaja memiliki rasa penasaran atau rasa ingin mencoba-coba yang cenderung tinggi, termasuk ingin mencoba merasakan rokok.
Faktor penyebab timbulnya merokok yaitu faktor individu dan faktor lingkungan. Faktor individu meliputi: faktor biologis, faktor psikologis dan faktor faktor demografis. Sedangkan faktor lingkungan meliputi : faktor lingkungan sosial, faktor sosial-kultural dan faktor sosial politik.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMK Insan Cendekia diketahui bahwa dari 40 siswa terdapat 21 siswa atau 52,5% yang pernah merokok, dan 19 orang atau 47,5% yang belum pernah merokok. Hasil itu menunjukkan adanya perilaku merokok masih relative besar meskipun di SMK Insan Cendekia perbedaannya tidak terlalu jauh.
Untuk menanggulangi perilaku merokok diperlukan tindakan dan pengarahan yang dilakukan oleh sekolah, khususnya guru BK dan guru agama. Tindakan penyuluhan tentang bahaya merokok yang dilakukan sekolah dengan dinas kesehatan merupakan upaya awal dalam menanggulangi perilaku merokok. Tindakan penyuluhan seharusnya melingkupi dampak jangka panjang dan dampak jangka pendek. Bagi siswa yang merokok perlu diberi peringatan. Apabila belum jera, perlu diberikan tindakan hukuman seperti membersihkan wc atau lingkungan sekolah. Selain itu, sekolah juga harus bekerja sama dengan orangtua siswa dalam melakukan pengawasan terhadap siswa sehingga pengawasan menjadi lebih efektif dan siswa tidak salah mengambil tindakan dalam pergaulannya. Hal yang penting juga bahwa orangtua dan guru harus memberikan teladan kepada siswa untuk meninggalkan perilaku merokok karena merokok dapat merugikan diri sendiri dan orang lain.




B. DAFTAR PUSTAKA
 http://kukuhbinanto.blogspot.com

No comments:

Post a Comment